SUMBAR - PT Pupuk Indonesia (Persero) melejit selama pandemi. Buktinya perusahaan plat merah itu berhasil membukukan catatan positif sepanjang 2020-2021.
Keberhasilan ini merupakan bagian dari hasil tangan dingin Bakir Pasaman, sang Direktur Utama.
Di bawah komando sosok Bakir, PT Pupuk Indonesia berhasil mencapai target pada 2021 lalu.
Pencapaian ini tentu berkat inovasi dan program yang dijalankan dalam setahun terakhir.
Alhasil, pandemi tidak berdampak signifikan dalam kerja industri PT Pupuk Indonesia.
Bakir Pasaman menceritakan, awalnya pandemi memang sempat membuat kinerja perusahaan terkontraksi. Namun tidak lama.
"Industri pupuk hanya tertekan pada awal pandemi saja. Hal itu akibat ketakutan masyarakat dan munculnya kebijakan lockdown di beberapa negara, " kata Bakir Pasaman.
Hal ini disebabkan karena sektor pertanian dan perkebunan yang memasok bahan pangan harus tetap bergulir.
Malahan, bagi Bakir kondisi ini justru bisa membuat perusahaan bisa membuka peluang bagi para produsen pupuk tetap tumbuh.
Begitulah iklim industri yang terjadi pada PT Pupuk Indonesia (Persero) selama pandemi.
"Tapi kondisi itu tidak berlangsung lama, bahkan selama pandemi justru sektor pertanian tumbuh subur dan berdampak positif pada industri pupuk, " jelas Bakir Pasaman.
Lebih jauh, Bakir Pasaman memaparkan bahwa industri lain yang terkena dampak pandemi juga memengaruhi industri pupuk.
Belum lagi, adanya krisis transportasi dan logistik karena ditutupnya beberapa wilayah yang memberikan dampak ke pasar ekspor.
Hasilnya, volume ekspor di awal-awal sedikit turun dan biayanya juga naik.
“Itu yang mengganggu pemasaran kami di industri pupuk. Biaya transportasi sampai saat ini masih cukup tinggi dan kondisi ini bertahan cukup lama, ” lanjut Bakir.
Demi keluar dari situasi demikian, Bakir Pasaman pun menyiapkan langkah yang lebih adaptif demi mengatasi masalah ekspor tersebut.
Memang, kata Bakir masalah itu tidak mudah, apalahi situasi pandemi yang berkelanjutan dan dibarengi dengan krisis minyak dan gas di Eropa membuat harga gas dan pupuk melambung tinggi.
Kondisi ini banyak pabrik yang mati dan membuat Pupuk Indonesia dikejar-kejar untuk melakukan ekspor.
Meski begitu, Bakir Pasaman menyebut orientasi bisnis Pupuk Indonesia bukan ke pasar ekspor.
Menurut Bakir, saat ini banyak negara, seperti Korea sedang mencari pupuk karena tidak memiliki sumber pupuk.
“Banyak orang dari Korea Selatan yang menghubungi saya untuk membeli pupuk. Tapi, kami tidak bisa ekspor ke sana, " ucap Bakir Pasaman.
Di sisi lain, negara produsen pupuk tengah juga menutup ekspor, seperti yang dilakukan Cina ke Vietnam dan Rusia.
"Harga pupuk sekarang di atas US$ 1.000 per ton. Ini karena pada Oktober sampai Maret adalah musim tanam di Indonesia, " sebut Bakir Pasaman. "Jadi, seakan-akan kami mengabaikan peluang bisnis, tidak seperti itu. Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), kami harus lebih mengutamakan ketahanan pangan dalam negeri, ” pungkas Bakir.(*)